Friday, December 7, 2012

Dampak sosial

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami
perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang
terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga
menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang
telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan
yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan
manusia yang menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan
yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial.
Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi
penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan
baru di dalam masyarakat.
Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk
pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan
manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab
intern atau sebab-sebab ekstern.
Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk
di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompokkelompok
dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial
dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke
keadaan yang lain.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk berikut ini.
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan
tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan
kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat.
Contoh perubahan evolusi adalah perubahan
pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada
masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun
karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang
sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks.
Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan
sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali
perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan
dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari
bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan.
Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu. Berikut
ini beberapa persyaratan yang mendukung terciptanya revolusi.
a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang
mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan
revolusi.

Charles Darwin (1809 - 1882),
adalah seorang ilmuwan Inggris
yang mencetuskan teori evolusi
modern dengan konsepnya
berupa perkembangan seluruh
makhluk hidup melalui proses
alam yang lambat
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan
kepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta
menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginankeinginan
yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah
gerakan revolusi.
Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan
Revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 yang berhasil
menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza
Pahlevi yang otoriter dan mengubah sistem
pemerintahan monarki menjadi sistem Republik Islam
dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpinnya
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada
unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh
langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.
Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut
atau perubahan mode pakaian.
Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa
pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat.
Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk
dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki atau
Direncanakan dan Perubahan yang Tidak
Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan
perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan
terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan
masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembagalembaga
kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah
suatu sistem sosial.
Contoh perubahan yang dikehendaki adalah
pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan
pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan
Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak
direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan
adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa
peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan
Orde Baru ke Orde Reformasi.
4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi
karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri
atau yang berasal dari luar masyarakat.
a. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat
(Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari
dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah
penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di
masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery)
ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari
bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam
masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu
menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya,
Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan
pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem
diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis.
Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar,
baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat
(Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena
adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab
ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi
ini terkadang memaksa masyarakat suatu
daerah untuk mengungsi meninggalkan
tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal yang
baru, maka mereka harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam dan lingkungan yang
baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar
juga dapat memengaruhi perubahan pada
struktur dan pola kelembagaannya
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang
antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang
menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan
kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya
dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan.
Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan,
maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity.
Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari
kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat
laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti
oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Faktor Pendorong dan Penghambat
B. Perubahan Sosial Budaya
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat
menyebabkan manusia saling berinteraksi dan
mampu menghimpun penemuan-penemuan baru
yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru
tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau
merupakan perpaduan antara budaya asing dengan
budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong
pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya
kebudayaan yang ada.
b . Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah,
rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia
untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi
perkembangan zaman atau tidak.
c . Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong
seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan
semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
d . Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau
merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya
perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar
semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e. Sistem Terbuka Masyarakat (Open Stratification)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat
tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan
dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para
individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f. Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang
mempunyai latar belakang budaya, ras, dan
ideologi yang berbeda akan mudah terjadi
pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan
sosial. Keadaan demikian
merupakan pendorong terjadinya perubahanperubahan
baru dalam masyarakat dalam
upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g. Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke
masa depan akan membuat masyarakat selalu
berpikir maju dan mendorong terciptanya
penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan
dan tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang
Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat
dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan
gerakan revolusi untuk mengubahnya.
i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber
daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal
ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat
menjadi statis.
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang
terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi
mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh
masyarakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat
Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi
dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit
menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih
parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan
didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada
Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak
sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan
menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan
yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari
risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau
kebudayaan yang telah ada.
e. Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam
dengan Kuat (Vested Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan
menghambat terjadinya perubahan. Golongan masyarakat yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan
statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan terhambatnya
proses perubahan.
f. Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka
Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam
masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain,
misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai
semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa
melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan,
sehingga mereka cenderung menutup diri dari
pengaruh-pengaruh asing.
g. Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah,
biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola
perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan
kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk
diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan.
Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat
mempercepat proses pemanenan, namun karena adat
dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang
menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin
pemotong padi tidak akan digunakan.
i . Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki
Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat
cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu
kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam
ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.
Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya
Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara
pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di
depan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada halhal
positif (kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini
tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya.
Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya
perubahan sosial budaya.
1. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan
perkembangan zaman
2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan
rasional.
3. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu
aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih
modern dan ideal.
Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan
Sosial dan Budaya
Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan
suatu bentuk, pola, dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru.
Kalian sebagai pelajar tentu harus bisa menentukan sikap terhadap
dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat. Sikap apriori yang berlebihan tentu
saja tidak perlu kalian kedepankan, mengingat
sikap tersebut merupakan salah satu penyebab
terhambatnya proses perubahan sosial budaya yang
berujung pada terhambatnya proses perkembangan
masyarakat dan modernisasi.
Demikian juga dengan sikap menerima setiap
perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut
cenderung akan membuat kita meniru (imitasi)
terhadap setiap perubahan sosial budaya yang
terjadi, meskipun perubahan tersebut mengarah
pada perubahan yang bersifat negatif. Kalian
diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis
terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat.
Perubahan sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima
untuk memperkaya khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya
perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus kita saring dan
kita cegah perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita.
Dalam pelaksanaannya, kalian harus mampu mengikuti
perkembangan zaman dengan memperluas pengetahuan dan
teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai
dan norma kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian
jaga dan lestarikan. 

Thursday, December 6, 2012

Pola Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia

Indonesia adalah salah satu bangsa yang terdapat di Asia. Kehidupan di Indonesia memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi, sehingga Indonesia tidak hanya dikenal dalam hal budaya dan potensi alam saja melainkan juga dalam hal pola kehidupan semua masyarakatnya.
Masyarakat Indonesia hampir menempati seluruh kepulauan yang ada di Indonesia yang menjadi satu kesatuan. Oleh karena pengaruh emigrasi, ada juga masyarakat Indonesia yang menetap di wilayah luar Indonesia. Selain itu, diimbangi pula dengan keadaan perhubungan yang sangat baik dan lancar, baik darat, laut, maupun udara.
Bangsa Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra, dimana wilayah tersebut dapat dikatakan sebagai tempat yang sangat strategis. Hal ini jugalah yang menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang memiliki beribu-ribu kepulauan. Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar khatulistiwa. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU – 11°08′LS dan dari 97°’ – 141°45′BT. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi 1,9 juta mil². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana setengah populasi Indonesia hidup.

Budaya Indonesia
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Walaupun kebudayaan Indonesia beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India, dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, yaitu Kutai sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal dan menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia seperti kebudayaan Jawa dan Betawi.

Sistem Kepercayaan / Religi
Di Indonesia terdiri dari lima agama besar, yaitu: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan di dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 1998, kira-kira 88% dari 222 juta penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5% Protestan, 3% Katholik, 2% Hindu, 1% Buddha, dan 1% kepercayaan lainnya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penganut agama Islam di Indonesia lebih mendominasi daripada keempat agama yang lain.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah secara resmi hanya mengakui lima agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha.
Dengan banyaknya agama atau aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Bukan berarti bahwa selalu terjadi penekanan terhadap agama lain. Namun hal ini mulai berkurang semenjak demokrasi di Indonesia mulai ditegakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting di dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia. Tapi, satu hal yang sangat menonjol yaitu bahwa kebebasan sangat dijunjung tinggi dalam hal ini. Semuanya hidup secara damai. Inilah yang membuat bangsa Indonesia terkenal dengan keanekaragamannya.

Ekonomi Dan Mata Pencaharian
Tidak dapat dipastikan secara keseluruhan apakah Indonesia mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis secara keseluruhan atau tidak pada masa orde lama. Namun, berdasarkan beberapa pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan dalam beberapa pasal dalam Undang-Undang dapat disimpulkan bahwa Indonesia menggunakan sistem perpajakan dengan nilai pajak yang cukup tinggi, dan pemerintah masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak dan yang mungkin mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi negara. Ini menandakan bahwa Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan prinsip-prinsip dari dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila.
Berdasarkan beberapa sumber, Indonesia pernah menggunakan sistem ekonomi uang dan sewa tanah serta perpajakan, dimulai sejak kedatangan Inggris ke Indonesia pada awal abad ke-19 dengan Raffles sebagai gubernur jenderalnya. Oleh itu, Indonesia hanya perlu mengadaptasi dan memperbaiki sistem yang sudah ada.
Sistem ekonomi Indonesia juga didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, selanjutnya berganti menjadi Rupiah.
Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu. Ekonominya kini telah lumayan stabil saat ini. Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mula menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.
Rekan perdagangan terbesar Indonesia yaitu Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan.
Berbicara mengenai mata pencaharian, umumnya mata pencaharian masyarakat Indonesia saat ini bergelut di bidang kesenian, hukum, kedokteran, militer, dagang, pariwisata, pasar modal, dan lain-lain. Tetapi dengan banyaknya mata pencaharian tersebut bukan berarti bahwa bangsa Indonesia telah terlepas dari pengangguran dan kemiskinan. Masih banyak masyarakt Indonesia yang berada di dalam lingkaran pengangguran dan di bawah garis kemiskinan.

Bahasa Dan Kesenian
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 dan tersirat dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Bahasa ini diresmikan pada tahun 1945, tepat pada masa kemerdekaan bangsa Indonesia. Meski demikian, tidak banyak dari penduduk Indonesia yang menggunakannya sebagai bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari karena masyarakat lebih suka menggunakan bahasa daerahnya. Bahasa Indonesia sendiri adalah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia tapi telah mengalami banyak perubahan dan penyempurnaan.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Secara sosiologis, bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia baru diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya. Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.
Sementara itu, jenis kesenian di Indonesia dapat dikategorikan dalam beberapa klasifikasi seperti: seni tari, seni music, seni bela diri, seni busana, dan banyak lagi. Kebanyakan kesenian tersebut dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan. Tari Jawa dan Bali yang terkenal berisi aspek-aspek kebudayaan dan mitologi Hindu. Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Seni bela diri yang unik juga berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa gamelan dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Dan juga seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke salah satu contohnya adalah music dangdut.